Resensi Novel Sepotong Hati yang Baru


Hasil Resensi dari Novel “Sepotong Hati yang Baru”
Oleh Nida’ul Hasanah (13)

I.         Identitas Buku
Judul buku            : Sepotong Hati yang Baru
Pengarang             : Tere Liye
Penerbit                : Mahaka Publishing
Tahun terbit          : Cetakan I, Oktober 2012
Kota terbit            : Jakarta
Ukuran buku                    : 13.5cm x 20.5cm
Jumlah halaman    : vi + 206
ISBN                    : 978-602-9474-04-6
Genre                   : Romance

II.      Sinopsis
Buku Sepotong Hati yang Baru ini adalah serial kedua novel Berjuta Rasanya yang juga merupakan salah satu karya Tere Liye. Didalamnya terdapat delapan cerita pendek yang tidak saling berhubungan namun masih dalam tema yang sama, yaitu tentang kisah cinta dan patah hati. Beberapa cerita di buku ini terinspirasi dari legenda atau cerita lama (Berjuta Rasanya) dengan versi yang berbeda.
Kisah pertama yang berjudul “Hiks, Kupikir Itu Sungguhan” menceritakan tentang seorang remaja bernama Putri yang terlalu keGRan atau akibat perhatian yang diberikan oleh salah satu teman kuliahnya. Nana, teman dekatnya, sudah sering menasihati Putri agar tidak mudah terbawa perasaan karena belum tentu Rio menaruh hati kepadanya. Rio memang cowok yang mudah bergaul dan dia baik dan perhatian kepada semua orang, termasuk Nana yang ternyata juga menyukai Rio. Ironisnya, Nana yang selalu menasihati Putri agar tidak GR malah sekarang juga terjangkit virus baper akibat Rio sering memujinya pintanr memasak dan membuat kue. Saat Nana diajak bertemu orangtua Rio, ia sudah berbunga-bunga mengira Rio serius berhubungan dengannya. Putri yang kecewapun akhirnya bisa berlapang dada dan membiarkan Nana bersama dengan Rio apabila Rio menaruh hati kepana Nana. Namun setelah samapai di rumah Rio, Nana terkejut karena ternyata ia diajak bergabung dengan bisnis kue orangtua Rio, tidak seperti dugaan awalnya yang mengira Rio akan memperkenalkannya sebagai kekasihnya.
“Makanya, siapa suruh GR? Maka saat kebenaran itu datang, ia bagai embung yang terkena cahaya matahari. Bagai debu yang disiram air. Musnah sudah semua harapan-harapan palsu itu. Menyisakan kesedihan. Salah siapa? Mau menyalahkan orang lain?” (Sepotong Hati yang Baru, 2012:20).
Kisah kedua bercerita tentang Sie-Sie, seorang amoi Singkawang yang rela menjadi istri belian demi mencukupi biaya berobat ibunya yang sakit-sakitan dan menopang hidup adik-adiknya. Ia menjadi istri pemuda Taiwan bernama Wong Lan. Sifat Wong Lan sangat buruk, sejak usia tiga belas, ia sudah malas sekolah, lebih suka keluyuran, minum minuman keras, berjudi, dan suka marah-marah, berteriak, bahkan memukul pembantunya. Orangtua Wong Lan berharap tabiatnya akan berubah setelah punya istri dan anak. Oleh karena itu, dalam surat wasiat mereka memutuskan akan memberikan warisan kepada Wong Lan saat ia telah menikah. Wong Lan memperlakukan Sie-Sie dengan sangat buruk. Namun Sie-Sie sudah berjanji akan mencintai suaminya dengan apa adanya dan dia juga berjanji akan membuat suaminya juga mencintai Sie-Sie apa adanya. Perjuangan Sie-Sie dalam mempertahankan rumah tangganya sunggug berat, namun ia dapat melaluinya dan akhirnya bisa membuat Wong Lan jatuh hati kepadanya.
“Hidup adalah perjuangan bukan? Kebahagiaan harus direngkuh dengan banyak pengorbanan. Sie-Sie telah membuktikan janjinya.” (Sepotong Hati yang Baru, 2012:40).
Cerita selanjutnya mempunyai judul yang sama dengan judul buki ini, yaitu “Sepotong Hati yang Baru”. Menceritakan tentang sepasang kekasih yang salah satunya kerap datang dan pergi sesuka hati. Ia bahkan tega membatalkan pernikahan hanya karena bertemu pria yang menurutnya jodoh sejati. Namun pada akhirnya ia ditinggalkan oleh pria itu. Saat ia memohon untuk kembali pada mantan calon suaminya, pria itu mengatakan bahwa ia sudah mempunyai istri meski pada kenyataannya belum. Karena cinta bukan sekedar soal memaafkan. Cinta adalah harga diri. Cinta adalah rasionalitas sempurna.
Kisah selanjutnya berisi tentang hubungan yang tidak direstui orangtua karena perbedaan kasta antara keduanya. Kisah ini berakhir tragis karena ditutup dengan kematian salah satu dari mereka.
     Selanjutnya bercerita tentang kisah cinta Itje dan Kang Djalil, seorang pembantu dengan seorang pengawal  dari Meneer Belanda di jaman VOC masih berkuasa di Indonesia. Dan bagaimana keduanya meletakan cinta mereka di bawah cintanya kepada tanah Batavia. Batavia yang sama-sama mereka perjuangkan demi kemerdekaan, meski nyawa taruhannya.
Setelah cerita sebelumnya menceritakan berbagai hal mengenai patah hati, pada cerita selanjutnya menceritakan tentang persahabatan dua orang perempuan yang mempunyai fisik dibawah rata-rata. Suatu ketika salah satu dari mereka berubah jadi cantik dan kaya lalu melupakan sahabatnya dan menjadi sombbong. Saat kemudian ia jatuuh bangkrut ia menyadari bahwa persahabtan tidak bisa dibeli dan ditukar dengan materi apapun. Kisah ini juga ada di dalam buku Berjuta Rasanya namun dalam versi yang berbeda.
     Cerita ketujuh mengajak kita mengingat kembali kisah cinta Rama dan Sinta yang berakhir tragis akibat kurangnya kepercayaan Rama terhadap Sinta. Karena apabila rasa cinta dan sayang tidak dilandasi kepercayaan akan menghancurkan hubungan tersebut.
Kisah terakhir anak gadis yang merupakan anak seorang menteri yang mencintai anak pembantunya. Cinta yang tumbuh sejak usia mereka masih kecil itu berlanjut hingga dewasa, namun karena perbedaan kelas sosial membuat mereka ditentang oleh keluarga sang gadis. Beberapa kesalahpahaman juga turut membuat kisah ini semakin memilukan. Membuat cerita “Buat Apa Disesali....” ini menjadi kisah penutup yang sungguh menyesakkan karena takdir tidak menyatukan mereka.

III.   Penilaian Buku
Buku bersampul merah muda dengan gambar bentuk hati yang sedang terluka dan terbalut perban langsung membuat siapapun tahu bahwa cerita dalam buku ini menceritakan tentang patah hati. Warna sampulnya juga menyiratkan tema yang diangkat dalam buku ini adalah tentang cinta. Di cover belakang terdapat sinopsis singkat serta testimoni-testimoni pembaca tentang buku ini.
Tema yang diangkat dalam kumpulan cerita ini menarik, apalagi bagi sebagian pembacanya yang mayoritas remaja, cinta adalah hal yang selalu seru untuk dibahas. Kelebihan novel ini banyak terdapat kata indah yang memberikan pelajaran tentang hidup, tidak hanya membahas cinta, namun juga persahabatan, kesabaran, keteguhan hati, dan keikhlasan. Kelebihan lain dari buku ini adalah buku ini tidak berbau agama, tapi dapat membuat pembaca ingin  menjadi pribadi yang baik.
Salah satu kisah dalam buku ini menggunakan bahasa lama yang kurang dimengerti oleh generasi masa kini, harus dibaca dengan perlahan dan hati-hati agar mengerti apa yang diceritakan. Kertas yang digunakan kurang menarik dan monoton, namun untuk seorang yang suka membaca kekurangan ini bukanlah masalah yang berarti. Makna-makna yang terkandung juga tersirat yang apa
IV.   Nilai Moral
1.      Jangan mudah merasa GR terhadap sesuatu karena apa yang sebenarnya terjadi tidak selalu sesuai dengan apa yang kita bayangkan. Oleh karena itu jangan terlalu berharap apalagi dengan  manusia yang hatinya mudah terbolak-balik.
2.      Kesabaran, keteguhan hati, dan kesetiaan merupakan kunci sebuah hubungan. Karena bahkan batu paling keras sekalipun akan lunak jika ditetesi air terus-menerus. Seberapa burukpun sifat orang lain, kita tidak boleh balas memperlakukan mereka dengan buruk.
3.      Perasaan harus mampu kita kendalikan agar tidak keghilangan akal sehat saat berhubungan dengan cinta. Karena jika kita memahami cinta adalah irasional, tidak butuh penjelasan, maka kita akan dengan mudah membenarkan apa pun yang terjadi dalam hati tanpa memberikan kesempatan berpikir bahwa itu boleh jadi karena kita tidak mampu mengendalikan perasaan tersebut.
4.      Persahabatan adalah segalanya dan tidak dapat ditukan dengan apapun. Karena persahabatan yang tulus dari hati adalah ia yang mampu tetap memaafkan meskipun telah dikhianati dan disakiti hatinya. Jangan menyia-nyiakan persahabatan demi materi yang tidak seberapa, karena mencari satu teman sejati tidak semudah mencari seribu musuh.
5.      Kepercayaan adalah pondasi sebuah hubungan. Cerita ini mengajarkan tentang pentingnya sebuah kepercayaan, jangan menyia-nyiakan kepercayaan yang diberikan oleh orang yang kita sayangi, karena pada saat kepercayaan itu tidak lagi ada, cinta dan sayang sebesar apapun sudah tiada berasa.
6.      Komunikasi adalah hal penting dalam hubungan apapun, karena kurangnya kepercayaan mengakibatkan salah paham yang dapat menghancurkan hubungan tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rsensi Novel Little Edelweiss

Resensi Novel Pelangi Untuk Rida